Selasa, 26 Oktober 2010

Sekolah: Sana-Sini Aturan

Kalau mau disebutkan satu persatu betapa banyaknya aturan yang menimpa Murid-Murid (SD, MI), Pelajar-Pelajir (SMP, MTs), Siswa-Siswi (SMA, SMK, Aliyah), Mahasiswa-Mahasiswi (PT Negeri dan Swasta).
Di taman kanak-kanak hingga perguruan tinggi kita dikucuri oleh banyak aturan. Macam-macam aturan yang terpampang, ada yang bilang untuk menanamkan nilai dan sebagian lain menyebut demi untuk meraih ilmu maka kedisiplinan perlu ditegakkan. Dan namanya aturan tak perlu menunggu usulan apalagi meminta pendapat siswa. Pokoknya bikian aturan karena itu beda sekolah dengan hutan rimba.

Hari pertama sekolah:
Inilah sekolah TK
Di sekolah nggak boleh nangis.

Di SD
Di sekolah ndak boleh bikin gaduh ya, harus patuh pada ibu guru jika ingin menuju puncak dan menjadi bintang.

Trus di SMP
Di sekolah pakaian harus rapi: Celana 3/4 biar irit, Baju dikeluarkan, Pamer kaos baru, Pake baju bebas, Pake singlet doang alasan panas.

Selanjutnya di SMU
Di sini tak boleh merokok, tak boleh hura-hura, dan siapa yang merasa jagoan akan kami hukum kata pak hakim (guru BP/BK) jangan merokok karena dapat menyebabkan kematian, jangan ditiru ya?.

Di Perguruan Tinggi (PT)
Aturan pertama kampus: Jangan protes!
Aturan kedua: jangan tinggal lama-lama di sini!
Aturan ketiga: Siapa yang nolak aturan pertama dan kedua akan kita DO..!!
Bacai Lanjutanna Sere'battang...

Tuntutlah Ilmu Sejak dari Ayunan

Sekolah itu lama sekali. Waktu masih bayi: Play Group, Waktu lagi belajar jalan: Masuk Taman Kanak-Kanak, Sudah bisa berlari: Masuk Sekolah Dasar, Sudah mampu berias sendiri (Pa... Papa ambil make-up mama lagi ya?!) : Masuk SMP, Sudah bisa naik motor (Pake jaket, helm standar biar keren-sambil teriak-teriak Ojek2): Masuk SMU, Bisa setir mobil (udah bisa membedakan mana parkir khusus rektor dan dosen meski parkir mahasiswa 1 km dari area Fakultas dan akhirnya kapok bawa mobil besoknya naik ojek deh): Masuk Perguruan Tinggi, Sudah bisa menikah (undangan menyebar kemana-mana, mohon doa restu, terlalu bangga dan irit): Masuk S2, Nikah, Punya anak (Ruang kuliah harap tenang! bayiku lagi tidur): Masuk S3, Nganterin anak Masuk TK: Sekolah Jurusan Lain.
Karena sudah dipanggil sampe berkali-kali dan tidak maju-maju, penganugerahan untuk wisudawan tertua kita tertunda.
Bacai Lanjutanna Sere'battang...

Sekolah Memang Beban

Sekolah merupakan tempat sejuta kilo masalah (kilogram, kilometer dan kilo-kiloan). Bacai Lanjutanna Sere'battang...

Pengantar sebuah Sekolah

Sekolah itu memang tempat yang luar biasa. Disana kita mendapat pengalaman yang menakjubkan sekaligus mengharukan. Di sekolah kita kemudian bertemu dengan guru atau kepala sekolah yang bajunya bersetrika licin. Di situ kita bisa bertegur sapa dengan beberapa teman yang sepatunya berwarna-warni. Selain menawarkan hukuman, sekolah juga memberikan perlindungan buat mereka yang bengal. Sebuah film yang memikat Children of Heaven memberikan kita kisah bagaimana kesetiakawanan diapit di tengah kerasnya aturan sekolah. Walaupun memberikan aturan yang agak konyol sekolah selalu bisa diterobos oleh siswa-siswinya. Pagar yang tinggi tak membuat siswa kuatir untuk memanjat atau melompatinya. Sekolah memang tak akan mampu memasung kebebasan dan kreativitas.

Sebaliknya sekolah ada baiknya untuk memekarkan imaginasi dan inisiatif. Walau agak berat guru memang bukan sekedar sosok yang bisa segalanya. Guru, seperti manusia pada umumnya, rentan keliru dan salah. Berhadapan dengan siswa yang hiruk-pikuk guru bukan bersandar pada kesabaran tapi juga sikap yang arif. Kearifan itu tercermin dari kerelaannya untuk menjadi punggung bagi kemajuan siswa. Kearifan itu diperlihatkan dari bagaimana mereka membebaskan siswa dari belenggu kenaifan dan sikap yang seenaknya. Guru hanya tangga bagi kemajuan peserta didik.

Nilai-nilai idiil ini hanya bisa diwujudkan jika guru diberi limpahan gaji dan perlindungan yang layak. Sayangnya kita selalu tidak mendapati keadaan yang sempurna. Guru nasibnya terlunta, apalagi yang tinggal di pedalaman. Dipotong sana-sini gaji yang sudah terbatas. Tak jarang ada guru yang bayarannya hanya bisa untuk membeli pasta gigi. Malahan di banyak tempat SK Pengangkatan mereka dijadikan jaminan untuk pinjaman kredit Bank. Di tengah nasib muram seperti ini, guru kemudian bisa berperan apa saja. Ada guru yang lalim dengan kebiasaan suka menghukum atau guru yang sabar tapi mengajar dengan keliru. Ringkasnya agak sukar menemukan guru yang bissa mendampingi murid yang riang maupun naif.
Rata Penuh
Terlebih-lebih sekolah dikurung oleh beragam masalah. Bukan sekolah, tepatnya pendidikan memang sedang dikepungg oleh ratusan problem. Tentang anggaran yang minim kita semua tahu. Tentang perundang-undangan yang tidak memberi kejelasan mengenai posisi guuru itu juga masalah. Dan kemudian soal otonomi yang ujung-ujungnya membuat sekolah menjadi tempat yang mahal. Dengan demikian sekolah berperan penting dalam mobilitas kelas. Seorang yang bersekolah punya peluang untuk menaiki tangga kelas sosial yang lebih baik.

Karenanya agak mendesak untuk menentang kredo yang selalu saja mengatakan: Jika ingin bermutu maka pendidikan harus mahal. Mahalnya sekolah dalam hal biaya memunculkan sekolah unggulan.
Bacai Lanjutanna Sere'battang...