Sabtu, 16 Oktober 2010

6. Kisi-Kisi Cinta

Oh... cinta, sungguh banyak kenikmatan yang selalu engkau tawarkan sejak kami dilahirkan. Engkau selalu mengiringi detak-detak jantung kami. Keindahanmu membawa kami pada sikap kelemah-lembutan dan kehadiranmu memberi kami semangat untuk bangkit dari kebodohan dan keterpurukan.


Cinta, meski kami tak bisa memandanmu, namun energi ramahmu merangkul dan menggandeng kami dengan erat menuju keindahan hidup. Bila muatan-muatan hati ini cemberut dan hitam, engkau datang menghibur kami, menggantikan muatan hatti ini dengan canda mesra getaran energimu. Cinta, kau buat kami layaknya matahari bagi sang rembulan, kau membisiki kami agar kami tetap seperti matahari bagi pelangi, dan kau mengajari kami seperti matahari bagi bunga mawar. Meski malam menjamaah dengan dinginnya membekukan hati kkami, namun sentuhan lembutmu, cinta, membawa kami dalam kehangatan hidup ini.

Bila engkau tak menumbuk hati kami, niscaya tak pernah kami mengenal keagunganmu. Sungguh, kami terpesona kala engkau, cinta, menyanding kami dengan bualan nyatamu yang dapat memberi kami semangat hidup menggapai keindahan cinta Tuuhan. Hanya karena cinta, kami bisa bersenandung shalawat cinta kepada nabi seluruh umat manusia.

Sungguh, embun-embun jernihmu, cinta, membasuh kelamnya pandangan kami akan dunia. Serbuk-serbuk cinta yang terbang terbawa angin, kemudian menyelinap di sela-sela tulang rusuk kami dan membawa kami ke dalam kehangatan. Cinta, meski terkadang kami khawatir dan ragu akan keadaan kami, namun engkau mendekap kami, hingga akhirnya kami temukan jati diri ini. Bersamamu, kami lewati lebih dari seribu malam. Bersamamu, kami lewati lebih dari seribu malam. Bersamamu, kami arungi samudera dan benua yang terdalam. Saat ini, hanya satu pinta kami kepadamu, cinta, sampaikanlah rintihan hati ini kepada Tuhan. Semoga Dia beri kami satu kesempatan lagi, izinkan kami untuk memeluk cintanya, mencium kening lembutnya, dan memanggilnya dengan "Bunda". Karena, cinta lahir seiring detik waktu manusia tercipta dalam rahim bunda.

Terima kasih cinta... Kisi-kisi cintamu telah bervibrasi (bergetar) di medan hatiku, sehingga kurasakan keagungan dan keindahan cinta-Nya.

Bacai Lanjutanna Sere'battang...

5. Superposisi Dua Cinta

Cinta adalah rambatan gelombang perasaan yang awalnya bergetar dalam kisi hati kita. Bila dua cinta bertemu dalam suatu lintasan gelombang di mana gerakannya saling melengkapi dan saling menyeimbangkan, maka akan terjadi superposisi dau gelombang. Energi interferensinya yang ada akan menjadi sangat dahsyat. Nah, bagaimanakah bila cinta kepada Allah dan Rasulullah saling menjalar di relung jiwa kita? Akankah keduanya bersuperposisi menjadi cinta sejati yang tak bisa digantikan oleh dunia seisinya?

Cinta adalah hal yang wajar untuk kita rasakan kehadirannya. Akan tetapi, cinta itu harus membawa kita pada dimensi tanpa ruang dan waktu, sebuah dimensi tanpa batas, yakni taman cinta Addam dan Hawa. Taman yang dinantikan seluruh umat manusia.

Cinta itulah yang akan mengantarkan kita pada taman seribu cinta. Taman itu adalah surga cinta yang penuh keindahan dan digenangi oleh air mata cinta. Cinta itu adalah cinta kepada Allah dan Rasul-Nya. Cinta ini pun adalah cinta antara sesama manusia yang dilandasi oleh cinta karena Allah.

A. Sang Semesta Cinta
Biasanya, cinta berawal dari sebuah pengamatan, sebuah pengenalan, dan sebuah pemahaman. Cinta tidak akan pernah lahir tanpa sebuah pengetahuan tentang siapa yang kita cintai itu. Cinta selalu membawa pada pengetahuan akan diri, baik diri kita atau diri yang kita cintai.

Lalu, bila kita ingin mengenal yang kita cintai, kita pasti ingin dan merasa wajib untuk melihatny. Seperti halnya, saat ayah ingin mempersunting ibu kita. Ayah melakukan taaruf dulu untuk mengetahui siapa sebenarnya ibu itu. Kemudian, ayah diizinkan untuk melihat ibu sejenak. Itu adalah proses mengenal manusia, tapi, bagaimana jika kita ingin mencintai Allah? Apakah kita juga harus dan bisa melihatnya? Padahal, kita bisa melihat-Nya melalui ciptaan-ciptaan Allah swt.

Keberadaan dan kekuasaan Allah dapat kita saksikan dengan memikirkan dan menyaksikan penciptaan semesta, mengamati kelakuan matahari, bagaimana bulan dan bintang bercanda di malam hari, bagaimana langit tersenyum saat senja datang, gunung mengeluarkan larvanya dengan bentuknya, lautan menjadi ganas karena ulah manusia, serta bagaimana perilaku makhluk lainnya. Bukti keberadaan Allah lainnya adalah dengan melihat segala yang berkaitan dengan diri kita sendiri. Seperti dalam firman Allah swt.: "Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat..." (QS. Al-Baqarah {2} : 186).

Rasa syukur seharusnya selalu haadir dalam diri kita karena menyadari segala nikmat yang telah diberikan Allah swt., sehingga akan menambah kecintaan kita kepada-Nya Cinta itu yang membuat jiwa kita haus akan kerinduan kepada-Nya dan insya Allah akan mendatangkan keridhhaan-Nya. Kenapa kita merasakan kehadiran-Nya yang begitu dekat? Karena Allah pasti akan membalas cinta kita juga, mencintai hamba-hamba ciptaan-Nyaa yang sungguh-sungguh mencintai dan dicintai karena Allah.
"Ketika Allah Azza wa Jalla mencintai seorang hamba, maka Dia berfirman kepada Jibril: 'Wahai Jibril, Aku mencintai si fulan, maka cintailah dia!' Lalu Jibril pun mencintai si fulan dan selanjutnya menyeru kepada penghuni langit: 'Sesungguhnya, Allah benar-benar mencintai si fulan, maka cintailah dia!' Lalu penghuni langit pun ikut mencintai si fulan itu." (HR. Muslim dan Abu Hurairah, Risalah Al-Qusyairiyah).

Subhanallah, sungguh kecintaan kita kepada Allah itu sangat agung. Semesta cinta karena-Nya akan membuat kita bersujud di atas madah-madah sajadah cinta untuk bertasbih dengan sangat indah, meski segenapp nafas mulai berkurang. Allah akan mencintai kita dan seluruh penghuni istana cinta termegah dan terindah. Allahu Akbar!

Sungguh, Sobat Cinta, cinta yang hakiki itu hanya untuk-Nya dan milik-Nya semata. Cinta itu adalah cinta tertinggi di atas cinta untuk harta benda, kepada sesama manusia, kepada makhluk lain, dan alam semesta. Cinta kepada dan karena Allah adalah tingkatan cinta yang paling agung. Cinta ini adalah cinta di atas segala cinta yang akan membawa pada keridhaan, kenikmatan, dan kemuliaan hidup. Pada akhirnnya, cinta ini akan memuliakan yang kita cintai.

Sungguh, Phy ingin meneguk air zam-zam cinta agar bibir ini sesuci embun pagi dan selalu menggunakannya untuk melafadzkan tasbih-tasbih cinta kepada-Nya.

Best Lover, cintailah cintamu karena kecintaan kita kepada Allah. Bawalah cintamu terbang ke atas singgasana Allah. Bawalah cintamu terbang ke atas singgasana istana cinta untuk menjemput cinta Allah. Kemudian, istirahatlah dengan cintamu setelah kau dapatkan persinggahan cinta di sisi cinta-Nya. Semangatlah untuk menggapai cintamu!

B. Shalawat Cinta
Cinta yang paling agung adalah kecintaan kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian keluarganya, para sahabat, tabi'in, alim ulama, guru, ibu, bapak, dan para pemimpin. Dengan mencintai Rasulullah, akan tertanam semangat meneladani sifat, sikap, dan perilaku nabi. Karena mencintai Rasul, kita akan senantiasa ingin menyenandungkan shalawat kepada nabi. Shalawat itu adalah puji-pujian kita kepada sosok yang sangat kita cinta, yang hanya kepadanya kita mencontoh segala hal dalam hidup.

Mencintai Rasul akan memberikan anugerah yang luar biasa kepada kita. Dengan bershalawat sekali saja, maka Allah akan bershalawat untuk kita sepuluh kali lipat. Subhanallah, sebuah investasi yang dahsyat. Allah bershalawat untuk kita sekali saja, niscaya beribu keberuntungan akan kita dapatkan. Nah, bagaimana dengan sepuluh kali lipatnya? Sungguh, Allah Maha Pemurah.

Mencintai Rasul akan tercermin pada dirri kita dalam meneladani kepribadian beliau. Dengan mencintainya, kita akan mengikuti jejak alangkahnya untuk menjadi pribadi yang santun, pemaaf, dan tegas. Dengan mencintai Rasul, Allah akan selalu memudahkan jalan cinta untuk kita.

Sobat Cinta, cintailah Rasulullah saw. melebihi kecintaan pada diri kita sendiri. Karena kecintaan kepada Rasulullah akan membawa kita pada syafaatnya di yaumil akhir kelak. Sungguh, syafaat Rasul selalu dinantikan oleh para ulama, guru-guru kita, ustad, ustadzah, para hamba shalih dan shalihah, dan juga para pejuang dakwah. Nah, bagaimana dengan kita yang masih biasa-biasa saja? Akankah kita tidak berharap syafaatnya? Akankah kita tidak mengharapkan cintanya? Atau kita tidak mau berusaha menggapai cinta dengan jalan mencintainya, mengikuti jejaknya dan mengamalkan segala sunah dan perintahnya?

Itulah dua cinta yang apabila bersuperposisi dalam hati kita maka akan terasa kepatuhan kepada keduanya dan energi cinta yang berinterferensi akan sangat dahsyat sekali.

Bacai Lanjutanna Sere'battang...