Minggu, 17 Oktober 2010
Berapa Lama Ya Kita Sekolah?
Coba anda ingat-ingat sudah berapa lama waktu kita habiskan untuk sekolah? Di sekolah dasar 6 tahun waktu yang kita habiskan. Kemudian di SMP ada 3 tahun lalu 3 tahun di SMU. 12 tahun sebelum kita memutuskan untuk kuliah. Sepanjang waktu itu apa yang sudah kita peroleh? Yang sudah jelas kita bertambah teman, menemukan kekasih dan bertemu muka dengan guru. Jika diibaratkan kendaraan maka sekolah alat angkut yang sesak dan lama. Kita betah tinggal di sana karena kebiasaan dan mungkin dan mungkin sedikit paksaan.
Bacai Lanjutanna Sere'battang...
Kenangan Anak-Anak Seragam (Oleh: Wiji Thukul)
Pada masa kanak-kanakku
setiap jam tujuh pagi
aku harus berseragam
bawa buku harus bayar
ke sekolah
Katanya aku bodoh
kalau tidak bisa menjawab
pertanyaan guru
yang diatur kurikulum
Aku dibentak dinilai buruk
kalau tidak bisa mengisi dua kali dua
Aku harus menghapal
mataku mau tak mau harus dijajali huruf-huruf
Aku harus tahu siapa presidenku
Aku harus tahu ibukota negaraku
tanpa aku tahu
apa maknanya bagiku
Pada masa kanak-kanakku
aku jadi seragam
buku pelajaran sangat kejam
Aku tidak boleh menguap di kelas
Aku harus duduk menghadap papan di depan
Sebelum bel tidak boleh mengantuk Bacai Lanjutanna Sere'battang...
setiap jam tujuh pagi
aku harus berseragam
bawa buku harus bayar
ke sekolah
Katanya aku bodoh
kalau tidak bisa menjawab
pertanyaan guru
yang diatur kurikulum
Aku dibentak dinilai buruk
kalau tidak bisa mengisi dua kali dua
Aku harus menghapal
mataku mau tak mau harus dijajali huruf-huruf
Aku harus tahu siapa presidenku
Aku harus tahu ibukota negaraku
tanpa aku tahu
apa maknanya bagiku
Pada masa kanak-kanakku
aku jadi seragam
buku pelajaran sangat kejam
Aku tidak boleh menguap di kelas
Aku harus duduk menghadap papan di depan
Sebelum bel tidak boleh mengantuk Bacai Lanjutanna Sere'battang...
2. Jalan Menuju Cinta
A. Saat Cinta Menyapa
Percaya dan tidaknya kita pada keajaiban cinta, tentunya bergantung pada keyakinan masing-masing, bukankah begitu? Ada sebuah cerita tentang keajaiban cinta dari kampung akhirat. Karena cintanya yang sangat mendalam, Rasulullah masih saja mengingat umatnya meskipun Malaikat Izrail sudah menjemput beliau dengan kereta langit yang berjalan lewat tangga pelangi menuju surga cinta. Itulah salah satu bukti kecintaan Rasulullah yang sangat besar kepada umatnya. Sayyidina Ali pun ikhlas menjual baju perang kesayangannya kepada Utsman bin Affan untuk mahar dalam rangka mempersunting bidadari langit yang tak lain adalah putri Rasulullah, Fatimah az-Zahra. Kisah cinta dari negeri pewayangan juga menarik disimak. Cinta bisa membuat dewi Shinta rela terjun ke kubangan api karena sang Rama meragukan kesuciannya. Kisah legenda cinta juga menarik disimak, seperti kisah cinta Bandung Bondowoso dan putri Loro Jonggrang. Karena cintanya yang begitu mendalam kepada gadis yang sangat dicintainya, Bandung Bondowoso menyanggupi persyaratan membuat seribu candi dalam waktu yang sempit. Apa pun dilakukannya, bahkan dengan meminta bantuan jin untuk menyelesaikan pekerjaan itu. Itulah cinta, kekuatan dan motivasi untuk meraihnya, membuat para penikmatnya lupa segalanya dan mampu melakukan apa pun demi cinta. Cinta dianggap bisa membuat segalanya menjadi nyata
Oh... cinta, karena engkaulah, hati-hati itu dipertautkan dalam rengkuhan sebuah pernikahan yang insya Allah barakah. Sebuah pernikahan yang berlandaskan cinta suci mengharap ridha Ilahi untuk menjalankan sunah Rasul dalam menggenapkan agama akan memberi manfaat bagi pasangan itu sendiri, keluarga, saudara, dan masyarakat pada umumnya.
Kekuatan cinta bisa membuat seseorang yang baru pertama kali bertemu dan atau bertatap muka jatuh hati kepadanya. Ini seperti kisah cinta Yusuf dan Zulaikha. Zulaikha terpesona dan jatuh cinta kepada pemuda shalih bernama Yusuf itu sejak pertama kali bertemu. Zulaikha jatuh cinta pada ketampanan Yusuf. Cinta seperti ini biasanya cenderung karena keindahan fisik yang dicintainya.
Kita seharusnya tidak melihat keindahan itu dari fisik saja, bentuk tubuh, warna dan panjang rambut, hitam atau putihnya kulit, maupun kecantikan atau ketampanan seseorang yang akan kita cintai itu. keindahan yang sesungguhnya, seharusnya dapat kita lihat melalui anugerah mata ini. Kita bisa mengetahui bagaimana sikap dan tingkah laku seseorang, siapa dan bagaimana keluarganya, serta bagaimana pergaulannya. Hal terpenting adalah melihat dan membaca keindahan dan kelembutan hatinya melalui mata hati kita.
Cerita cinta Zulaikha tampaknya berawal dari pandangan mata. Sesungguhnya, mata adalah pintu hati yang memiliki stimulus yang kuat. Dengan mata, kita dapat membaca pikiran manusia, mengetahui sifat melalui sikapnya, dan juga membaca wibawa melalui fisiknya. Tatapan mata dapat membuka rahasia-rahasia dalam hati. Dengan mata, kita dapat membaca manusia secara utuh.
Melalui mata, kita dapat terus memperhatikan orang yang kita cintai dan mengamati setiap gerak-geriknya. Mata seolah bergerak otomatis mengikuti setiap gerak orang yang dikasihinya. Legenda cinta Zulaikha (cinta pada pandangan pertama karena keindahan fisik) sepertinya juga pernah kita alami, ya tho?! Kisah seperti itu sungguh menyenangkan dan mempesona, sehingga membuat jantung sering berdetak kencang dan menghadirkan perasaan takjub kepada ciptaan-Nya.
Berawal dari indahnya pengalaman melihat keindahan fisik orang yang kita cintai, lalu muncul keinginan untuk terus melihatnya setiap saat. Seperti kisah Zulaikha, dalam dirinya muncul keinginan untuk terus bisa dan biasa melihat Yusuf. Dari pandangan mata itu akan datang banyak agenda, banyak pikiran, dan banyak siasat untuk mewujudkan keinginan selalu bisa bersama orang yang dikasihi setiap saat dan melakukan apa pun bersama-sama.
Sebagai contohnya, dalam suatu kepengurusan, entah itu untuk kegiatan yang bersifat insidential (sebuah kepanitiaan) atau untuk kegiatan yang bersifat rutin atau berjangka panjang, tidak dapat dipungkiri akan terjadi pertemuan antara kaum laki-laki dengan kaum perempuan. Dalam syuura (rapat atau diskusi), seorang ikhwan (laki-laki) biasa bertemu, berinteraksi dan bertukar pikiran dengan seorang ukhti. Kebersamaan yang ada baik dalam syuura atau kegiatan tersebut, memungkinkan tumbuhnya benih-benih cinta di antara mereka. Hal ini berarti bahwa cinta telah bersemi karena kebiasaan tadi. Semoga, cinta yang hadir tidak mengurangi ghirah (semangat) dalam menjalani kegiatan dan menjauhkan dari hal-hal yang akan mengurangi nilai-nilai perjuangan mereka.
Kebiasaan adalah salah satu penyebab timbulnya cinta yang didasarkan atas kecocokan dan saling pengertian. Kebiasaan dan kebersamaan itu menumbuhkan keyakinan. Kebiasaan ini beragam bentuknya, misalnya, kebiasaan bercakap bersama, kebiasaan mengikuti jejak orang yang dikasihi, melakukan hal yang sama dengan yang dilakukan oleh orang yang dicintai, kebiasaan jalan bersama, dan melakukan hal yang disukai bersama-sama.
Rasa cinta yang tumbuh karena kebiasaan yang ada, terkadang, akan menimbulkan sikap tidak memperdulikan yang lainnya. Zulaikha pun mengalami hal yang sama, keinginan dan kebiasaannya untuk melihat ketampanan Yusuf setiap hari, membuatnya lalai akan statusnya yang memiliki suami. Hal ini adalah rasa cinta dan kebiasaan bersama yang berlebihan. Kebiasaan bersama itu mudah sekali ditebak ciri-cirinya. Seseorang yang sedang memendam rasa cinta, terkadang akan mengucapkan perkataan seperti yang diucapkan oleh kekasihnya. Ia akan selalu melayani pertanyaan-pertanyaan dari kekasihnya, hingga tak dihiraukannya ucapan-ucapan yang lain. Baginya, ucapan kekasihnya lebih bermanfaat dan selalu benar, meski ia sebenarnya tidak tahu benar-tidaknya. Ia selalu merasa nyaman sehingga mudah untuk bersepakat dengan segala ucapan kekasihnya. Kita cenderung melakukan sesuatu yang berlebihan, padahal hal itu sebenarnya tidak sesuai dengan porsi kebutuhan dan kebiasaan kita. Menurut Janid dalam Risalah al-Qusyairiyah, "Cinta itu kecenderungan yang berlebihan meski tak ada hasil."
Orang yang saling mencintai karena kebiasaan bersama, seperti saat berangkat sekolah atau kuliah, ke kantin, atau ke perpustakaan bersama, biasanya akan mudah sekali mengikut jejak langkah kekasihnya. Di mana kekasihnya berada, di situlah ia pun akan mendampingi. Subhanallah, betapa dahsyat energi cinta itu. Seseorang menjadi merasa sangat mudah mengikuti kebiasaan-kebiasaan kekasihnya meskipun terkadang perbuatan yang dilakukan sang pujaan belum tentu sesuai dan belum pernah kita lakukan. Cinta telah membawa pada perubahan. Tapi, perubahan yang bagaimana? Itulah pertanyaan yang perlu kita pikirkan. Cinta yang telah bersemi akan kita bawa ke mana?
Sobat Cinta, biarkan cinta yang sedang berselimut di hati kita merisalahkan kebiasaannya. Tetapi, kita harus dapat membawa kebiasaan-kebiasaan yang kita lakukan bersama sang pujaan menjadi kebiasaan yang indah, bermanfaat, dan dapat mengantarkan pada kebaikan bersama. Jika kebiasaan-kebiasaan kita bersamanya membuat kita kian mencintainya, maka berusahalah agar kebiasaan dan cinta yang tumbuh tersebut mengarahkan kita pada kebaikan. Jaga dan bawa cinta ke arah yang mulia, tempat yang terpuji, dan jadikan cinta itu sebagai kisah romantis yang selalu dikenang sepanjang masa.
Kebiasaan yang bermanfaat tidak selalu rumit dan berat untuk dilakukan, tapi justru bisa sangat mudah dilakukan. Kebiasaan itu misalnya, saling menyampaikan dan berbalas salam, saling mengingatkan dalam kebaikan, memberi apresiasi atau pujian, atau sekedar memberi hadiah sederhana. Agar suasana cinta semakin romantis, maka bertukar hadiah dapat menjadi alternatif untuk memupuk rasa kecintaan kepada sang kekasih. Hadiah sangat berpengaruh dalam hubungan cinta. Apa pun bentuk hadiahnya biasanya tidak menjadi prioritas, akan tetapi sikap memberikan hadiah inilah yang merupakan wujud cinta dan kasih sayang.
Rasulullah bersabda dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah, "Hendaknya kalian saling memberi hadiah niscaya kalian akan saling menyayangi,"
Hadiah dapat diberikan kapan saja dan di mana saja. Misalnya, sepulang dari kerja atau sepulang mengaji, lalu mampir sebentar di bawah pohon belakang rumah bermandikan sinar rembulan yang mengintip di sela dedaunan, dijamin akan memberikan suasana romantis. Dengan hadiah itu, kita merasa menjadi orang yang diperhatikan. Hubungan percintaan antara sepasang kekasih akan semakin harmonis, penuh kemesraan, dan tentunya sangat romantis.
Perasaan cinta kadang membuat kita sering memimpikan sosok yang selalu dekat dengan kita. Dalam mimpi tersebut, kita bertemu dengan seorang pujaan, kemudian kita menuai kisah dalam mimpi yang seolah-olah aktivitas nyata dalam keseharian. Setelah terjaga dari alam mimpi ini, kita merasakan suatu kesenangan dan rasa nyaman akan mimpi tadi. Kita berusaha mengingat-ingat kembali mimpi itu, merekam kembali perasaan suka terhadap kekasih dalam mimpi itu, sehingga timbullah benih-benih cinta kepada kekasih dalam mimpi tadi.
Namun, yang menjadi masalah adalah siapakah kekasih pujaan dalam mimpi tadi, apakah ia orang yang dekat dengan kita, sudahlah kita mengenalnya, atau kita justru sama sekali tidak mengenalnya, atau kita justru sama sekali tidak mengenalnya. Kita perlu meyakini bahwa mimpi yang menyenangkan dan membawa kita kepada sang kekasih, maka mimpi itu datangnya dari Allah Sang Pemberi mimpi. "Mimpi itu ada tiga, yaitu: mimpi yang bersumber pada pemenuhan hati, rasa yang ditakut-takuti oleh setan, dan kesenangan dari Allah." (HR. al-Bukhari, Jawahir al-Bukhari).
Segala hal yang menyenangkan dan baik, niscaya Allah yang telah memberikan. Namun, kesenangan itu akan menjadi sebuah kepalsuan dan tipu daya apabila datangnya dari setan. Hal itu seperti mimpi yang bisa membuat kita menjadi lebih mencintai orang lain, rasa sayang yang tumbuh lebih besar daripada rasa benci, dan biasanya mampu memberi semangat hidup kepada kita. Ketika semua itu terjadi, maka kita wajib yakin bahwa Allah yang memberikan mimpi itu. "Ketika kamu bermimpi tentang sesuatu yang menyenangkan, maka sebenarnya mimpi itu datang dari Allah, karenanya pujilah Allah dan ceritakanlah mimpi tersebut (kepada orang yang kamu sukai). Namun, ketika kamu bermimpi tentang sesuatu yang tidak menyenangkan, maka sebenarnya mimpi tersebut datang dari setan. Karenanya, mintalah perlindungan kepada Allah dari (keburukan)-nya dan janganlah kamu ceritakan kepada orang lain supaya mimpi itu tidak membahayakanmu." (HR. Bukhari, Mukhtar al-Hadits).
Sobat Cinta, mimpi adalah sesuatu yang mungkin bisa terjadi di kemudian hari. Apabila rasa cinta itu telah mengukir risalah melalui mimpi kita, maka yakinlah, Allah yang akan mempertemukan cinta kita itu. Oleh karena itu, gapailah cintamu dengan kecintaan kepada-Nya.
Selanjutnya, jika mimpi itu benar terjadi dan kita yakin bahwa sosok dalam mimpi itu benar, maka segeralah jemput risalah mimpi itu. Jika kita takut untuk menanyakan kepada sosok yang ada di dalam mimpi itu secara langsung, maka Islam mengajarkan keringanan, ruhsyah, yang sangat membantu kita menggapai cinta.
Tapi, bagaimana caranya? Apakah seperti tayangan reality show yang sedang marak di televisi? Ya Allah, sungguh aneh reality show sekarang ini. Tapi, acara-acara seperti itu akan menjadi lebih baik seandainya di-setting seperti kisah mas Fahri saat dicomblangin dengan mbak Aisyah dalam film itu lho. Wah... pasti sungguh barakah tayangannya.
Seseorang yang sebaiknya menjadi mak comblang adalah para murabbi kita (guru ngaji/ustadzah). Mereka bisa menjadi teman bagi kita untuk menemukan dan mengenal pasangan idaman kita. Dengan begitu, kita tidak perlu takut tidak akan mendapatkan cinta yang kita idam-idamkan. Pertemuan jodoh atau pertautan cinta bisa melalui banyak cara, misalnya melalui murabbi, orang tua, saudara, atau teman yang bisa kita percayai dan jujur kepada kita.
Kala cinta sedang berislah di hati kati, maka hati terasa seru, bergemuruh, dan mendebarkan jantung kita. Islam memfasilitasi perasaan ini dengan media taaruf. Cinta adalah sebuah pintu untuk taaruf, saling mengenal, memahami, dan menjadi sebuah jembatan menuju keindahan hati. Maka, apabila seseorang ingin mengenalkan kita kepada teman atau kerabatnya, jangan pernah menolaknya, lakukan silaturahim, dan taaruf. Kata tokoh Kang Syaiful dalam film Ayat-Ayat Cinta, "Bukanlah taaruf itu ibaratnya pacaran yang diridhai oleh Allah swt.?" Jadi, murabbi kita pasti akan berusaha mengenalkan kepada target risalah hati kita.
Pertautan cinta bisa melalui banyak cara dan media perkenalan. Barangkali, cinta kita akan mulai tumbuh dan bersemi melalui media perkenalan oleh orang lain. Bukankah Allah menganjurkan kita agar saling berkenalan dan menjalin persaudaraan karena cinta? Allah menciptakan umat manusia dengan beragam suku, warna kulit, berlainan jenis kelamin, dan lain sebagainya, supaya kita saling mengenal. Seperti firman Allah, "Hai manusia, sesungguhnya, Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya, orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya, Allah Maha Mengetahui Lagi Maha Mengenal." (QS. al-Hujuraat {49} : 13).
Nah, bukankah perkenalan, baik secara langsung atau melalui orang lain menjadi kewajiban bagi kita sebagai makhluk ciptaan Allah yang bertakwa? Sebuah perkenalan akan membawa pada tumbuhnya benih-benih cinta. Oleh karena itu, cinta pun merupakan tanda bagi orang-orang yang bertakwa. Cinta yang hadir akan membawa kita pada upaya pendekatan dan kecintaan yang lebih besar kepada Tuhan.
Jika sudah berkenalan, maka risalah cinta antara kedua orang yang saling mencintai bisa melabuhkannya dalam sebuah gubuk cinta, yaitu rumah tangga. Tapi, jika masih ada sedikit ketidakyakinan dan rasa tidak percaya diri bersemayam dalam diri dan hati, maka peneropongan harus dilakukan. Kita perlu menggunakan teropong cinta Galileo. Melalui peneropongan tersebut, kita bisa mencari informasi sebanyak-banyaknya tentang sifat, sikap, kepribadian, keluarganya, bahkan prestasi-prestasi orang yang kita cintai tersebut dari beberapa orang yang layak dipercaya.
Proses pengintaian itu dilandasi oleh rasa penasaran akan orang yang akan kita jadikan pendamping hidup kita. Ini tidak ubahnya sebuah penelitian ilmiah yang biasa kita lakukan untuk meneliti sesuatu hal bersifat ilmiah. Namun, bedanya adalah penelitian cinta tidak melibatkan pengamatan, pengintaian, dan pengumpulan informasi dan bukti-bukti sangat diperlukan. Berdasarkan penelitian tersebut, maka data yang sudah didapat kemudian perlu diolah, sehingga dapat dianalisa menjadi sebuah kesimpulan yang akan meyakinkan kita melanjutkan proses taaruf atau tidak.
Jika yang hadir adalah keyakinan yang kian kuat terhadap seseorang tersebut, maka benih-benih cinta akan tumbuh subur menjadi pohon cinta, cabang-cabangnya tumbuh kian lebat, dan berbunga indah. Jika cinta seperti ini yang hadir, akar cinta akan tertancap kuat dalam hati dan jiwa kita. Pohon cinta yang tumbuh tidak akan mudah layu daun dan bunganya. Pohon cinta akan tumbuh kuat, tidak mudah goyah dan tumbang oleh angin sebesar apa pun yang menerpa. Keyakinan yang kuat ini membuat kita siap baik lahir maupun batin untuk menapaki risalah rumah tangga cinta penuh barakah wal hidayah.
B. Agenda Cinta
Bila risalah telah terungkap, hati telah dipersunting oleh cinta, maka pernikahan barakah menjadi kebahagiaan yang luar biasa. Itu adalah risalah cinta yang sudah terbukti seratus persen kebenarannya. Pikiran yang tidak keruan menjadi tenang, hati yang gundah menjadi tenteram, dan rasa bahagia penuh syukur yang membuncah bagaikan ketiban uang jutaan rupiah. Ajib...! Kita seolah menjadi tawanan bagi pujaan hati kita, begitu pun sebaliknya. Keadaan ini membuat kita ingin selalu bertemu, menjaga, dan dijaga pasangan agar tidak lari dan diambil orang (memangnya barang apaan?!). "Barang siapa mencintai sesuatu, maka ia adalah tawanan bagi yang dicintainya." (Nashaih al-Ibad).
Sobat Cinta, kita boleh selalu ingin bertemu dengan cinta kita, namun tidak boleh terlena dari segala aktivitas kewajiban kita terhadap yang lain. Kita harus selalu memberikan yang terbaik dan mendahulukan yang kepentingan semua orang. Seandainya, kita tidak sering bersama dengan orang yang kita cintai di dunia, niscaya kesabaran akan membawa kita pada kebersamaan dengannya selamanya, meskipun di akhirat kelak. Rasulullah bersabda, "Seorang di akhirat akan dimasukkan ke dalam surga bersama orang yang kita cintai." (Jawahir al-Bukhari).
Salah satunya risalah cinta yang termanifestasi dalam agenda cinta yang lain adalah sikap tidak rasional kita yang selalu tergesa-gesa ingin bertemu sang kekasih. Kita menjadi orang yang tiada mengenal hujan dan badai, begitu juga tidak menghiraukan panas dan debu satu-satunya hal yang terlintas dalam pikiran adalah seribu satu cara untuk menemui sang pujaan secepat mungkin. Sepertinya, tak ada hal yang mampu menghalangi seseorang yang sedang kasmaran.
Everything is fine! How come? Ya iyalah, masa ya iya dong?! Emang enak makan kedondong?! (Padahal memang enak, apalagi kalau buat lotisan berdua dengan kekasih dengan cabe dan garam cinta, lalu ditambah manisnya gula kasih dan sayang!) Jalanan yang jaraknya ribuan kilo meter bisa terasa sekilo meter saja, lalu yang sembilan ratus sembilan puluh sembilan kilo di mana? Jawabnya ada pada para koruptor. Upz... apa hubungannya cinta dengan koruptor? Ya... setidaknya, para koruptor itu cinta pada jabatannya dan uang di depannya karena muatan cinta dalam hatinya tak berisolasi mesra, sehingga energi negatif menyelimuti hatinya hingga tiada malu dan basa-basi untuk mengambil uang yang menjadi hak orang lain. Bahkan, jalan pun diambil! Hihihi... Sungguh, dunia bergelimang uang itu sepertinya membuat mereka sangat bahagia. Ajib...! Mungkin, kata itu yang sering mereka katakan. Ini adalah contoh rasa cinta yang tidak benar perwujudannya.
Kala menyusuri jalan, tikungan terlihat seperti jalan yang lurus saja, tanjakan jadi turunan, bahkan lampu merah terlihat hijau, tancap gas dan prit... prit... prit... Pak Pos (Police on The Pos) pun menangkap. Isbir wasma', Sobat Cinta, bersabar dan dengarkan! Dengarkan apa kata hatimu, berpikirlah sebaik mungkin, dan jangan salah bertindak. Cinta merupakan energi yang dahsyat, saudaraku. Tapi hanya kesabaran dan bersikap siap siaga yang akan membawa cinta dalam keberuntungan. Kita tidak perlu tergesa-gesa untuk berjumpa dengan jodoh kita, karena Allah sudah menetapkan siapa dia. Kita hanya harus terus berikhtiar, berdoa, dan bertawakal kepada-Nya untuk pertemuan jodoh tersebut.
Sekobar-kobarnya api cinta yang menyala dan membuat kita tak sabar untuk segera bertemu kekasih, jika Allah belum berkehendak, maka pertemuan itu tidak akan terjadi. Allah yang menguasai kita dan kekasih kita, baik hati, jiwa, maupun raga. Allah berfirman, "Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu beruntung." (QS. Ali-'Imran {3} : 200).
Begitulah risalah cinta, kalau energinya sudah menjadi fokus dalam ingatan kita, bayangannya akan selalu nyata, tegak, dan diperbesar. Nyata dalam pikiran kita, tegak hingga tidak mudah tergantikan oleh hal-hal lain, serta diperbesar intensitasnya, sehingga selalu mengisi ruang pikiran kita. Dalam kitab Durratun Nashihin disebutkan, "Barang siapa mencintai sesuatu, maka ia akan banyak mengingatnya."
Cinta memang begitu bijaksana dan menyenangkan hati, sehingga selalu mengajak kita pada yang dicintai. Namun, kita tidak boleh lalai kepada Sang Pemberi Cinta. Jangan sampai ketika hati kita telah dirias oleh sang kekasih dengan lantunan syair cinta, kita hanya terus-terusan mengingat orang terkasih itu dan melalaikan-Nya.
Sesungguhnya, jika kita memasrahkan cinta kita hanya kepada-Nya, niscaya Dia yang akan selalu mengingatkan kita pada cinta kita dengan ketenangan dan ketentraman hati dan pikiran. Hal ini sangat berbeda dengan kecintaan kepada manusia yang kadang diliputi perasaan khawatir, cemburu, ingin menguasai, ataupun memiliki. Allah berfirman, "(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram." (QS. ar-Ra'd {13} : 28).
Jika cinta telah membahana di dunia hati kita dan pasangan kita, niscaya tak ada yang lebih merdu selain suara pujaan hati. Bahkan, suara tetangga tak terdengar lagi oleh telinga kita meski mereka di samping kita. Suara guru kita juga tak terdengar saat mengajar karena pikiran kita telah dipenuhi oleh ingatan tentang sang kekasih, sehingga malas untuk mengikuti pelajarannya. Berdasarkan pengalaman Phy, ketika cinta melingkupi hati, yang ada hanyalah rasa kantuk di kelas dan keinginan segera pulang untuk berjumpa dengannya.
Wahai Sobat Cinta, mohon jangan meniru apa yang pernah Phy lakukan. Itu adalah perbuatan tercela dan dekat dengan dosa. Sesungguhnya, ketika guru-guru kita sedang berbicara, yang disampaikan adalah bait-bait cinta kepada para muridnya dalam bentuk ilmu dan pengalaman yang dibagi bersama. Cinta guru kepada murid adalah cinta yang tulus. Kesuksesan para murid dalam menguasai materi, keberhasilan dalam ujian, dan kesempatan melanjutkan pendidikan lebih tinggi, hingga kelak menjadi orang sukses adalah kebanggaan dan balasan yang sangat indah atas doa mereka yang tiada henti. Cinta seperti itu adalah cinta yang membawa kebaikan dan manfaat.
Archimedes dan Aristoteles takkan mengerti
Medan magnet cinta yang berinduksi di antara kita
Newton dan Edison juga takkan sanggup
Merumuskan E= m c2
Ah, tak sebanding dengan momen cinta kita
Oh, para fisikawanku
Pertama kali bayangmu jatuh tepat di fokus hatiku
Maya, terbalik, dan diperkecil
Dengan kekuatan lensa maksimum, kemudian tampak
Nyata, tegak, dan diperbesar
Bagai tetes minyak milikan jatuh
Di ruang hampa
Wahai bapak ibu pembimbingku
Engkaulah fisikawanku
Dan aku, penerus perjuanganmu, fisikawan muda
Yang baru tereksitasi oleh medan cintamu
Cintaku lebih besar dari bilangan Avogadro
Walau jarak kita bagai matahari dan pluto
Saat aphelium
Amplitudo gelombang hatimu
Berinterferensi dengan hatiku
Seindah gerak harmonik sempurna
Tanpa gaya pemulih
Bagai kopel gaya dengan kecepatan
Angular yang tak terbatas
Energi mekanik cintaku tak terbendung oleh friksi
Energi potensial cintaku tak terpengaruh
Oleh tetapan gaya
Bahkan hukum kekekalan energi
Tak dapat menandingi
Hukum kekekalan cinta antara kita
Lihat hukum cinta kita
Momen cintaku tegak lurus dengan momen cintamu
Menjadikan cinta kita sebagai titik equilibrium
Yang sempurna
Yang tak kan tertembus oleh kuatnya sinar gamma
Dengan inersia tah terhingga
Takkan tergoyahkan impuls atau momentum gaya
Inilah resultan momentum cinta kita
Cinta antara engkau dan aku
Antara fisikawan dengan fisikawan muda
(digubah dari puisi cinta sang fisikawan)
Begitulah cinta, kekuatannya seolah bisa menyihir siapa saja yang sedang jatuh cinta. Pikiran dan hati hanya dipenuhi ingatan akan kekasihnya. Tak ada yang lebih penting selain memikirkan tentang kekasih, berangan-angan tentangnya, ingin mendengar tentangnya saja, dan menganggap perkataan kekasihnya adalah segalanya. Tak ada lagi kepedulian terhadap hal-hal lain ataupun ucapan-ucapan orang lain. Kebenaran dianggap milik kekasihnya.
Sobat Cinta, kita adalah ciptaan-Nya yang dikaruniai akal, sehingga sudah selayaknya kita menggunakannya dengan tepat, untuk memilah yang benar dan salah, yang baik dan buruk, dan sebagainya. Cinta yang hadir dalam diri kita. Sejatinya, cinta adalah sesuatu yang indah dan tidak memabukkan. Hanya cinta yang tidak berjalan seiring hati dan akal sajalah yang akan menjadi cinta yang dapat memabukkan. Seperti sabda Rasulullah, "Kecintaan terhadap sesuatu dapat memabukkan dan menulikan." (HR. Abu Daud, Risalah al-Qusyairiah).
Jika cinta sudah mengakar kuat dalam pohon hati kita, maka cinta dapat menimbulkan kepatuhan, baik berupa kepatuhan hamba kepada Sang Pencinta Sejatinya, istri kepada seorang suami (bukan berarti istri-istri takut suami loh...), atau murid kepada gurunya.
Kepatuhan kepada sang kekasih memang sikap yang baik asalkan tidak sampai menjadikan kita budak cinta. Kita boleh membahagiakan kekasih, memberikan sesuatu yang dimintanya, atau melakukan segala yang diinginkannya. Tetapi, semua itu tetap pada koridor yang wajar, tidak berlebihan, melewati batas, sehingga tidak menjadikan kita sebagai budak baginya. "Barangsiapa mencintai sesuatu (berlebihan), maka dia adalah budaknya." (Nashaih al-Ibad).
Wahai Sobat Cinta, sesungguhnya kepatuhan yang berlebihan merupakan sebuah kewajiban yang hanya boleh dan wajib tertuju kepada Allah dan Rasul-Nya saja. Ketahuilah, bahwa kemenangan atas cinta dan segalanya hanyalah karena ketaatan kepada Allah semata. Allah telah berfirman, "Dan barangsiapa mentaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapatkan kemenangan yang besar." (QS. al-Ahzab {33} : 71).
Kita berusaha membuat kekasih kita senang dengan mematuhi dan memenuhi keinginan kekasih. Karena cinta adalah kondisi di mana kebahagiaan orang yang dicintai sangat penting bagi diri orang yang mencintai (Robert Heinlein). Tetapi, sekali lagi, kita tidak boleh berlebihan sehingga menjadi budak cinta.
Sikap kepatuhan akan dapat mendorong kemauan untuk rela berkorban, apalagi kepada kekasih kita, merupakan sikap yang baik, tetapi pengorbanan itu harus berdasarkan keikhlasan, bukan demi tujuan tertentu. Pengorbanan adalah amal shalih yang akan mendapatkan balasan jauh lebih besar, maka berkorbanlah untuk orang lain karena Allah semata. Hanya Allah yang akan membalas keshalihan kita. Allah pun berfirman, "Barangsiapa yang mengerjakan amal shalih, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan." (QS. an-Nahl {16} : 97).
Risalah cinta jika agendanya dijaga, maka akan membuahkan ketulusan untuk membangun rumah cinta. Namun, jika risalah cinta tak dijaga, maka virus trojan cinta akan mendiami diri. Virus itu berupa pengganggu romantika cinta, seperti cemburu, rasa memiliki yang berlebihan, adanya saingan (orang ketiga), ataupun poligami yang tak terkondisi. Virus seperti ini biasanya terjadi karena kurang memahami situa yang sedang terjadi pada diri masing-masing pasangan tersebut atau karena sikap kurang terbuka di antara keduanya.
Jika kita benar-benar saling mencintai, maka cintailah pujaan hati sekedarnya saja dan jangan berlebihan. Terkadang, sesuatu yang kita sukai, mungkin justru kita benci di kemudian hari, begitupun sebaliknya. Pemahaman dan keyakinan yang harus ada dalam bercinta adalah segala sesuatu itu milik Allah, semua hanyalah titipan dari-Nya. Hanya Allah yang paling tahu apa dan siapa yang terbaik untuk umat-Nya. So, jangan pernah merasa kita benar-benar memiliki kekasih kita, tapi Allah-lah pemiliknya, guys. Jika suatu saat melihat kekasih kita sedang bersama orang lain, maka hati kita tetap tenang. Kita cukup berkata, "Dia kan bukan milikku... bukan milikmu..., dia hanya titipan Tuhan kepadaku."
Sobat Cinta, hentikan tindak kriminal atas nama cinta, apalagi sampai mencelakakan orang lain. Mari kita belajar menyikapi hidup dengan sabar dan ikhlas dalam bercinta. Dengerkan kata hatimu, biarkan ia merisalahkan cinta untukmu.
Bacai Lanjutanna Sere'battang...
Percaya dan tidaknya kita pada keajaiban cinta, tentunya bergantung pada keyakinan masing-masing, bukankah begitu? Ada sebuah cerita tentang keajaiban cinta dari kampung akhirat. Karena cintanya yang sangat mendalam, Rasulullah masih saja mengingat umatnya meskipun Malaikat Izrail sudah menjemput beliau dengan kereta langit yang berjalan lewat tangga pelangi menuju surga cinta. Itulah salah satu bukti kecintaan Rasulullah yang sangat besar kepada umatnya. Sayyidina Ali pun ikhlas menjual baju perang kesayangannya kepada Utsman bin Affan untuk mahar dalam rangka mempersunting bidadari langit yang tak lain adalah putri Rasulullah, Fatimah az-Zahra. Kisah cinta dari negeri pewayangan juga menarik disimak. Cinta bisa membuat dewi Shinta rela terjun ke kubangan api karena sang Rama meragukan kesuciannya. Kisah legenda cinta juga menarik disimak, seperti kisah cinta Bandung Bondowoso dan putri Loro Jonggrang. Karena cintanya yang begitu mendalam kepada gadis yang sangat dicintainya, Bandung Bondowoso menyanggupi persyaratan membuat seribu candi dalam waktu yang sempit. Apa pun dilakukannya, bahkan dengan meminta bantuan jin untuk menyelesaikan pekerjaan itu. Itulah cinta, kekuatan dan motivasi untuk meraihnya, membuat para penikmatnya lupa segalanya dan mampu melakukan apa pun demi cinta. Cinta dianggap bisa membuat segalanya menjadi nyata
Oh... cinta, karena engkaulah, hati-hati itu dipertautkan dalam rengkuhan sebuah pernikahan yang insya Allah barakah. Sebuah pernikahan yang berlandaskan cinta suci mengharap ridha Ilahi untuk menjalankan sunah Rasul dalam menggenapkan agama akan memberi manfaat bagi pasangan itu sendiri, keluarga, saudara, dan masyarakat pada umumnya.
Kekuatan cinta bisa membuat seseorang yang baru pertama kali bertemu dan atau bertatap muka jatuh hati kepadanya. Ini seperti kisah cinta Yusuf dan Zulaikha. Zulaikha terpesona dan jatuh cinta kepada pemuda shalih bernama Yusuf itu sejak pertama kali bertemu. Zulaikha jatuh cinta pada ketampanan Yusuf. Cinta seperti ini biasanya cenderung karena keindahan fisik yang dicintainya.
Kita seharusnya tidak melihat keindahan itu dari fisik saja, bentuk tubuh, warna dan panjang rambut, hitam atau putihnya kulit, maupun kecantikan atau ketampanan seseorang yang akan kita cintai itu. keindahan yang sesungguhnya, seharusnya dapat kita lihat melalui anugerah mata ini. Kita bisa mengetahui bagaimana sikap dan tingkah laku seseorang, siapa dan bagaimana keluarganya, serta bagaimana pergaulannya. Hal terpenting adalah melihat dan membaca keindahan dan kelembutan hatinya melalui mata hati kita.
Cerita cinta Zulaikha tampaknya berawal dari pandangan mata. Sesungguhnya, mata adalah pintu hati yang memiliki stimulus yang kuat. Dengan mata, kita dapat membaca pikiran manusia, mengetahui sifat melalui sikapnya, dan juga membaca wibawa melalui fisiknya. Tatapan mata dapat membuka rahasia-rahasia dalam hati. Dengan mata, kita dapat membaca manusia secara utuh.
Melalui mata, kita dapat terus memperhatikan orang yang kita cintai dan mengamati setiap gerak-geriknya. Mata seolah bergerak otomatis mengikuti setiap gerak orang yang dikasihinya. Legenda cinta Zulaikha (cinta pada pandangan pertama karena keindahan fisik) sepertinya juga pernah kita alami, ya tho?! Kisah seperti itu sungguh menyenangkan dan mempesona, sehingga membuat jantung sering berdetak kencang dan menghadirkan perasaan takjub kepada ciptaan-Nya.
Berawal dari indahnya pengalaman melihat keindahan fisik orang yang kita cintai, lalu muncul keinginan untuk terus melihatnya setiap saat. Seperti kisah Zulaikha, dalam dirinya muncul keinginan untuk terus bisa dan biasa melihat Yusuf. Dari pandangan mata itu akan datang banyak agenda, banyak pikiran, dan banyak siasat untuk mewujudkan keinginan selalu bisa bersama orang yang dikasihi setiap saat dan melakukan apa pun bersama-sama.
Sebagai contohnya, dalam suatu kepengurusan, entah itu untuk kegiatan yang bersifat insidential (sebuah kepanitiaan) atau untuk kegiatan yang bersifat rutin atau berjangka panjang, tidak dapat dipungkiri akan terjadi pertemuan antara kaum laki-laki dengan kaum perempuan. Dalam syuura (rapat atau diskusi), seorang ikhwan (laki-laki) biasa bertemu, berinteraksi dan bertukar pikiran dengan seorang ukhti. Kebersamaan yang ada baik dalam syuura atau kegiatan tersebut, memungkinkan tumbuhnya benih-benih cinta di antara mereka. Hal ini berarti bahwa cinta telah bersemi karena kebiasaan tadi. Semoga, cinta yang hadir tidak mengurangi ghirah (semangat) dalam menjalani kegiatan dan menjauhkan dari hal-hal yang akan mengurangi nilai-nilai perjuangan mereka.
Kebiasaan adalah salah satu penyebab timbulnya cinta yang didasarkan atas kecocokan dan saling pengertian. Kebiasaan dan kebersamaan itu menumbuhkan keyakinan. Kebiasaan ini beragam bentuknya, misalnya, kebiasaan bercakap bersama, kebiasaan mengikuti jejak orang yang dikasihi, melakukan hal yang sama dengan yang dilakukan oleh orang yang dicintai, kebiasaan jalan bersama, dan melakukan hal yang disukai bersama-sama.
Rasa cinta yang tumbuh karena kebiasaan yang ada, terkadang, akan menimbulkan sikap tidak memperdulikan yang lainnya. Zulaikha pun mengalami hal yang sama, keinginan dan kebiasaannya untuk melihat ketampanan Yusuf setiap hari, membuatnya lalai akan statusnya yang memiliki suami. Hal ini adalah rasa cinta dan kebiasaan bersama yang berlebihan. Kebiasaan bersama itu mudah sekali ditebak ciri-cirinya. Seseorang yang sedang memendam rasa cinta, terkadang akan mengucapkan perkataan seperti yang diucapkan oleh kekasihnya. Ia akan selalu melayani pertanyaan-pertanyaan dari kekasihnya, hingga tak dihiraukannya ucapan-ucapan yang lain. Baginya, ucapan kekasihnya lebih bermanfaat dan selalu benar, meski ia sebenarnya tidak tahu benar-tidaknya. Ia selalu merasa nyaman sehingga mudah untuk bersepakat dengan segala ucapan kekasihnya. Kita cenderung melakukan sesuatu yang berlebihan, padahal hal itu sebenarnya tidak sesuai dengan porsi kebutuhan dan kebiasaan kita. Menurut Janid dalam Risalah al-Qusyairiyah, "Cinta itu kecenderungan yang berlebihan meski tak ada hasil."
Orang yang saling mencintai karena kebiasaan bersama, seperti saat berangkat sekolah atau kuliah, ke kantin, atau ke perpustakaan bersama, biasanya akan mudah sekali mengikut jejak langkah kekasihnya. Di mana kekasihnya berada, di situlah ia pun akan mendampingi. Subhanallah, betapa dahsyat energi cinta itu. Seseorang menjadi merasa sangat mudah mengikuti kebiasaan-kebiasaan kekasihnya meskipun terkadang perbuatan yang dilakukan sang pujaan belum tentu sesuai dan belum pernah kita lakukan. Cinta telah membawa pada perubahan. Tapi, perubahan yang bagaimana? Itulah pertanyaan yang perlu kita pikirkan. Cinta yang telah bersemi akan kita bawa ke mana?
Sobat Cinta, biarkan cinta yang sedang berselimut di hati kita merisalahkan kebiasaannya. Tetapi, kita harus dapat membawa kebiasaan-kebiasaan yang kita lakukan bersama sang pujaan menjadi kebiasaan yang indah, bermanfaat, dan dapat mengantarkan pada kebaikan bersama. Jika kebiasaan-kebiasaan kita bersamanya membuat kita kian mencintainya, maka berusahalah agar kebiasaan dan cinta yang tumbuh tersebut mengarahkan kita pada kebaikan. Jaga dan bawa cinta ke arah yang mulia, tempat yang terpuji, dan jadikan cinta itu sebagai kisah romantis yang selalu dikenang sepanjang masa.
Kebiasaan yang bermanfaat tidak selalu rumit dan berat untuk dilakukan, tapi justru bisa sangat mudah dilakukan. Kebiasaan itu misalnya, saling menyampaikan dan berbalas salam, saling mengingatkan dalam kebaikan, memberi apresiasi atau pujian, atau sekedar memberi hadiah sederhana. Agar suasana cinta semakin romantis, maka bertukar hadiah dapat menjadi alternatif untuk memupuk rasa kecintaan kepada sang kekasih. Hadiah sangat berpengaruh dalam hubungan cinta. Apa pun bentuk hadiahnya biasanya tidak menjadi prioritas, akan tetapi sikap memberikan hadiah inilah yang merupakan wujud cinta dan kasih sayang.
Rasulullah bersabda dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah, "Hendaknya kalian saling memberi hadiah niscaya kalian akan saling menyayangi,"
Hadiah dapat diberikan kapan saja dan di mana saja. Misalnya, sepulang dari kerja atau sepulang mengaji, lalu mampir sebentar di bawah pohon belakang rumah bermandikan sinar rembulan yang mengintip di sela dedaunan, dijamin akan memberikan suasana romantis. Dengan hadiah itu, kita merasa menjadi orang yang diperhatikan. Hubungan percintaan antara sepasang kekasih akan semakin harmonis, penuh kemesraan, dan tentunya sangat romantis.
Perasaan cinta kadang membuat kita sering memimpikan sosok yang selalu dekat dengan kita. Dalam mimpi tersebut, kita bertemu dengan seorang pujaan, kemudian kita menuai kisah dalam mimpi yang seolah-olah aktivitas nyata dalam keseharian. Setelah terjaga dari alam mimpi ini, kita merasakan suatu kesenangan dan rasa nyaman akan mimpi tadi. Kita berusaha mengingat-ingat kembali mimpi itu, merekam kembali perasaan suka terhadap kekasih dalam mimpi itu, sehingga timbullah benih-benih cinta kepada kekasih dalam mimpi tadi.
Namun, yang menjadi masalah adalah siapakah kekasih pujaan dalam mimpi tadi, apakah ia orang yang dekat dengan kita, sudahlah kita mengenalnya, atau kita justru sama sekali tidak mengenalnya, atau kita justru sama sekali tidak mengenalnya. Kita perlu meyakini bahwa mimpi yang menyenangkan dan membawa kita kepada sang kekasih, maka mimpi itu datangnya dari Allah Sang Pemberi mimpi. "Mimpi itu ada tiga, yaitu: mimpi yang bersumber pada pemenuhan hati, rasa yang ditakut-takuti oleh setan, dan kesenangan dari Allah." (HR. al-Bukhari, Jawahir al-Bukhari).
Segala hal yang menyenangkan dan baik, niscaya Allah yang telah memberikan. Namun, kesenangan itu akan menjadi sebuah kepalsuan dan tipu daya apabila datangnya dari setan. Hal itu seperti mimpi yang bisa membuat kita menjadi lebih mencintai orang lain, rasa sayang yang tumbuh lebih besar daripada rasa benci, dan biasanya mampu memberi semangat hidup kepada kita. Ketika semua itu terjadi, maka kita wajib yakin bahwa Allah yang memberikan mimpi itu. "Ketika kamu bermimpi tentang sesuatu yang menyenangkan, maka sebenarnya mimpi itu datang dari Allah, karenanya pujilah Allah dan ceritakanlah mimpi tersebut (kepada orang yang kamu sukai). Namun, ketika kamu bermimpi tentang sesuatu yang tidak menyenangkan, maka sebenarnya mimpi tersebut datang dari setan. Karenanya, mintalah perlindungan kepada Allah dari (keburukan)-nya dan janganlah kamu ceritakan kepada orang lain supaya mimpi itu tidak membahayakanmu." (HR. Bukhari, Mukhtar al-Hadits).
Sobat Cinta, mimpi adalah sesuatu yang mungkin bisa terjadi di kemudian hari. Apabila rasa cinta itu telah mengukir risalah melalui mimpi kita, maka yakinlah, Allah yang akan mempertemukan cinta kita itu. Oleh karena itu, gapailah cintamu dengan kecintaan kepada-Nya.
Selanjutnya, jika mimpi itu benar terjadi dan kita yakin bahwa sosok dalam mimpi itu benar, maka segeralah jemput risalah mimpi itu. Jika kita takut untuk menanyakan kepada sosok yang ada di dalam mimpi itu secara langsung, maka Islam mengajarkan keringanan, ruhsyah, yang sangat membantu kita menggapai cinta.
Tapi, bagaimana caranya? Apakah seperti tayangan reality show yang sedang marak di televisi? Ya Allah, sungguh aneh reality show sekarang ini. Tapi, acara-acara seperti itu akan menjadi lebih baik seandainya di-setting seperti kisah mas Fahri saat dicomblangin dengan mbak Aisyah dalam film itu lho. Wah... pasti sungguh barakah tayangannya.
Seseorang yang sebaiknya menjadi mak comblang adalah para murabbi kita (guru ngaji/ustadzah). Mereka bisa menjadi teman bagi kita untuk menemukan dan mengenal pasangan idaman kita. Dengan begitu, kita tidak perlu takut tidak akan mendapatkan cinta yang kita idam-idamkan. Pertemuan jodoh atau pertautan cinta bisa melalui banyak cara, misalnya melalui murabbi, orang tua, saudara, atau teman yang bisa kita percayai dan jujur kepada kita.
Kala cinta sedang berislah di hati kati, maka hati terasa seru, bergemuruh, dan mendebarkan jantung kita. Islam memfasilitasi perasaan ini dengan media taaruf. Cinta adalah sebuah pintu untuk taaruf, saling mengenal, memahami, dan menjadi sebuah jembatan menuju keindahan hati. Maka, apabila seseorang ingin mengenalkan kita kepada teman atau kerabatnya, jangan pernah menolaknya, lakukan silaturahim, dan taaruf. Kata tokoh Kang Syaiful dalam film Ayat-Ayat Cinta, "Bukanlah taaruf itu ibaratnya pacaran yang diridhai oleh Allah swt.?" Jadi, murabbi kita pasti akan berusaha mengenalkan kepada target risalah hati kita.
Pertautan cinta bisa melalui banyak cara dan media perkenalan. Barangkali, cinta kita akan mulai tumbuh dan bersemi melalui media perkenalan oleh orang lain. Bukankah Allah menganjurkan kita agar saling berkenalan dan menjalin persaudaraan karena cinta? Allah menciptakan umat manusia dengan beragam suku, warna kulit, berlainan jenis kelamin, dan lain sebagainya, supaya kita saling mengenal. Seperti firman Allah, "Hai manusia, sesungguhnya, Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya, orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya, Allah Maha Mengetahui Lagi Maha Mengenal." (QS. al-Hujuraat {49} : 13).
Nah, bukankah perkenalan, baik secara langsung atau melalui orang lain menjadi kewajiban bagi kita sebagai makhluk ciptaan Allah yang bertakwa? Sebuah perkenalan akan membawa pada tumbuhnya benih-benih cinta. Oleh karena itu, cinta pun merupakan tanda bagi orang-orang yang bertakwa. Cinta yang hadir akan membawa kita pada upaya pendekatan dan kecintaan yang lebih besar kepada Tuhan.
Jika sudah berkenalan, maka risalah cinta antara kedua orang yang saling mencintai bisa melabuhkannya dalam sebuah gubuk cinta, yaitu rumah tangga. Tapi, jika masih ada sedikit ketidakyakinan dan rasa tidak percaya diri bersemayam dalam diri dan hati, maka peneropongan harus dilakukan. Kita perlu menggunakan teropong cinta Galileo. Melalui peneropongan tersebut, kita bisa mencari informasi sebanyak-banyaknya tentang sifat, sikap, kepribadian, keluarganya, bahkan prestasi-prestasi orang yang kita cintai tersebut dari beberapa orang yang layak dipercaya.
Proses pengintaian itu dilandasi oleh rasa penasaran akan orang yang akan kita jadikan pendamping hidup kita. Ini tidak ubahnya sebuah penelitian ilmiah yang biasa kita lakukan untuk meneliti sesuatu hal bersifat ilmiah. Namun, bedanya adalah penelitian cinta tidak melibatkan pengamatan, pengintaian, dan pengumpulan informasi dan bukti-bukti sangat diperlukan. Berdasarkan penelitian tersebut, maka data yang sudah didapat kemudian perlu diolah, sehingga dapat dianalisa menjadi sebuah kesimpulan yang akan meyakinkan kita melanjutkan proses taaruf atau tidak.
Jika yang hadir adalah keyakinan yang kian kuat terhadap seseorang tersebut, maka benih-benih cinta akan tumbuh subur menjadi pohon cinta, cabang-cabangnya tumbuh kian lebat, dan berbunga indah. Jika cinta seperti ini yang hadir, akar cinta akan tertancap kuat dalam hati dan jiwa kita. Pohon cinta yang tumbuh tidak akan mudah layu daun dan bunganya. Pohon cinta akan tumbuh kuat, tidak mudah goyah dan tumbang oleh angin sebesar apa pun yang menerpa. Keyakinan yang kuat ini membuat kita siap baik lahir maupun batin untuk menapaki risalah rumah tangga cinta penuh barakah wal hidayah.
B. Agenda Cinta
Bila risalah telah terungkap, hati telah dipersunting oleh cinta, maka pernikahan barakah menjadi kebahagiaan yang luar biasa. Itu adalah risalah cinta yang sudah terbukti seratus persen kebenarannya. Pikiran yang tidak keruan menjadi tenang, hati yang gundah menjadi tenteram, dan rasa bahagia penuh syukur yang membuncah bagaikan ketiban uang jutaan rupiah. Ajib...! Kita seolah menjadi tawanan bagi pujaan hati kita, begitu pun sebaliknya. Keadaan ini membuat kita ingin selalu bertemu, menjaga, dan dijaga pasangan agar tidak lari dan diambil orang (memangnya barang apaan?!). "Barang siapa mencintai sesuatu, maka ia adalah tawanan bagi yang dicintainya." (Nashaih al-Ibad).
Sobat Cinta, kita boleh selalu ingin bertemu dengan cinta kita, namun tidak boleh terlena dari segala aktivitas kewajiban kita terhadap yang lain. Kita harus selalu memberikan yang terbaik dan mendahulukan yang kepentingan semua orang. Seandainya, kita tidak sering bersama dengan orang yang kita cintai di dunia, niscaya kesabaran akan membawa kita pada kebersamaan dengannya selamanya, meskipun di akhirat kelak. Rasulullah bersabda, "Seorang di akhirat akan dimasukkan ke dalam surga bersama orang yang kita cintai." (Jawahir al-Bukhari).
Salah satunya risalah cinta yang termanifestasi dalam agenda cinta yang lain adalah sikap tidak rasional kita yang selalu tergesa-gesa ingin bertemu sang kekasih. Kita menjadi orang yang tiada mengenal hujan dan badai, begitu juga tidak menghiraukan panas dan debu satu-satunya hal yang terlintas dalam pikiran adalah seribu satu cara untuk menemui sang pujaan secepat mungkin. Sepertinya, tak ada hal yang mampu menghalangi seseorang yang sedang kasmaran.
Everything is fine! How come? Ya iyalah, masa ya iya dong?! Emang enak makan kedondong?! (Padahal memang enak, apalagi kalau buat lotisan berdua dengan kekasih dengan cabe dan garam cinta, lalu ditambah manisnya gula kasih dan sayang!) Jalanan yang jaraknya ribuan kilo meter bisa terasa sekilo meter saja, lalu yang sembilan ratus sembilan puluh sembilan kilo di mana? Jawabnya ada pada para koruptor. Upz... apa hubungannya cinta dengan koruptor? Ya... setidaknya, para koruptor itu cinta pada jabatannya dan uang di depannya karena muatan cinta dalam hatinya tak berisolasi mesra, sehingga energi negatif menyelimuti hatinya hingga tiada malu dan basa-basi untuk mengambil uang yang menjadi hak orang lain. Bahkan, jalan pun diambil! Hihihi... Sungguh, dunia bergelimang uang itu sepertinya membuat mereka sangat bahagia. Ajib...! Mungkin, kata itu yang sering mereka katakan. Ini adalah contoh rasa cinta yang tidak benar perwujudannya.
Kala menyusuri jalan, tikungan terlihat seperti jalan yang lurus saja, tanjakan jadi turunan, bahkan lampu merah terlihat hijau, tancap gas dan prit... prit... prit... Pak Pos (Police on The Pos) pun menangkap. Isbir wasma', Sobat Cinta, bersabar dan dengarkan! Dengarkan apa kata hatimu, berpikirlah sebaik mungkin, dan jangan salah bertindak. Cinta merupakan energi yang dahsyat, saudaraku. Tapi hanya kesabaran dan bersikap siap siaga yang akan membawa cinta dalam keberuntungan. Kita tidak perlu tergesa-gesa untuk berjumpa dengan jodoh kita, karena Allah sudah menetapkan siapa dia. Kita hanya harus terus berikhtiar, berdoa, dan bertawakal kepada-Nya untuk pertemuan jodoh tersebut.
Sekobar-kobarnya api cinta yang menyala dan membuat kita tak sabar untuk segera bertemu kekasih, jika Allah belum berkehendak, maka pertemuan itu tidak akan terjadi. Allah yang menguasai kita dan kekasih kita, baik hati, jiwa, maupun raga. Allah berfirman, "Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu beruntung." (QS. Ali-'Imran {3} : 200).
Begitulah risalah cinta, kalau energinya sudah menjadi fokus dalam ingatan kita, bayangannya akan selalu nyata, tegak, dan diperbesar. Nyata dalam pikiran kita, tegak hingga tidak mudah tergantikan oleh hal-hal lain, serta diperbesar intensitasnya, sehingga selalu mengisi ruang pikiran kita. Dalam kitab Durratun Nashihin disebutkan, "Barang siapa mencintai sesuatu, maka ia akan banyak mengingatnya."
Cinta memang begitu bijaksana dan menyenangkan hati, sehingga selalu mengajak kita pada yang dicintai. Namun, kita tidak boleh lalai kepada Sang Pemberi Cinta. Jangan sampai ketika hati kita telah dirias oleh sang kekasih dengan lantunan syair cinta, kita hanya terus-terusan mengingat orang terkasih itu dan melalaikan-Nya.
Sesungguhnya, jika kita memasrahkan cinta kita hanya kepada-Nya, niscaya Dia yang akan selalu mengingatkan kita pada cinta kita dengan ketenangan dan ketentraman hati dan pikiran. Hal ini sangat berbeda dengan kecintaan kepada manusia yang kadang diliputi perasaan khawatir, cemburu, ingin menguasai, ataupun memiliki. Allah berfirman, "(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram." (QS. ar-Ra'd {13} : 28).
Jika cinta telah membahana di dunia hati kita dan pasangan kita, niscaya tak ada yang lebih merdu selain suara pujaan hati. Bahkan, suara tetangga tak terdengar lagi oleh telinga kita meski mereka di samping kita. Suara guru kita juga tak terdengar saat mengajar karena pikiran kita telah dipenuhi oleh ingatan tentang sang kekasih, sehingga malas untuk mengikuti pelajarannya. Berdasarkan pengalaman Phy, ketika cinta melingkupi hati, yang ada hanyalah rasa kantuk di kelas dan keinginan segera pulang untuk berjumpa dengannya.
Wahai Sobat Cinta, mohon jangan meniru apa yang pernah Phy lakukan. Itu adalah perbuatan tercela dan dekat dengan dosa. Sesungguhnya, ketika guru-guru kita sedang berbicara, yang disampaikan adalah bait-bait cinta kepada para muridnya dalam bentuk ilmu dan pengalaman yang dibagi bersama. Cinta guru kepada murid adalah cinta yang tulus. Kesuksesan para murid dalam menguasai materi, keberhasilan dalam ujian, dan kesempatan melanjutkan pendidikan lebih tinggi, hingga kelak menjadi orang sukses adalah kebanggaan dan balasan yang sangat indah atas doa mereka yang tiada henti. Cinta seperti itu adalah cinta yang membawa kebaikan dan manfaat.
Archimedes dan Aristoteles takkan mengerti
Medan magnet cinta yang berinduksi di antara kita
Newton dan Edison juga takkan sanggup
Merumuskan E= m c2
Ah, tak sebanding dengan momen cinta kita
Oh, para fisikawanku
Pertama kali bayangmu jatuh tepat di fokus hatiku
Maya, terbalik, dan diperkecil
Dengan kekuatan lensa maksimum, kemudian tampak
Nyata, tegak, dan diperbesar
Bagai tetes minyak milikan jatuh
Di ruang hampa
Wahai bapak ibu pembimbingku
Engkaulah fisikawanku
Dan aku, penerus perjuanganmu, fisikawan muda
Yang baru tereksitasi oleh medan cintamu
Cintaku lebih besar dari bilangan Avogadro
Walau jarak kita bagai matahari dan pluto
Saat aphelium
Amplitudo gelombang hatimu
Berinterferensi dengan hatiku
Seindah gerak harmonik sempurna
Tanpa gaya pemulih
Bagai kopel gaya dengan kecepatan
Angular yang tak terbatas
Energi mekanik cintaku tak terbendung oleh friksi
Energi potensial cintaku tak terpengaruh
Oleh tetapan gaya
Bahkan hukum kekekalan energi
Tak dapat menandingi
Hukum kekekalan cinta antara kita
Lihat hukum cinta kita
Momen cintaku tegak lurus dengan momen cintamu
Menjadikan cinta kita sebagai titik equilibrium
Yang sempurna
Yang tak kan tertembus oleh kuatnya sinar gamma
Dengan inersia tah terhingga
Takkan tergoyahkan impuls atau momentum gaya
Inilah resultan momentum cinta kita
Cinta antara engkau dan aku
Antara fisikawan dengan fisikawan muda
(digubah dari puisi cinta sang fisikawan)
Begitulah cinta, kekuatannya seolah bisa menyihir siapa saja yang sedang jatuh cinta. Pikiran dan hati hanya dipenuhi ingatan akan kekasihnya. Tak ada yang lebih penting selain memikirkan tentang kekasih, berangan-angan tentangnya, ingin mendengar tentangnya saja, dan menganggap perkataan kekasihnya adalah segalanya. Tak ada lagi kepedulian terhadap hal-hal lain ataupun ucapan-ucapan orang lain. Kebenaran dianggap milik kekasihnya.
Sobat Cinta, kita adalah ciptaan-Nya yang dikaruniai akal, sehingga sudah selayaknya kita menggunakannya dengan tepat, untuk memilah yang benar dan salah, yang baik dan buruk, dan sebagainya. Cinta yang hadir dalam diri kita. Sejatinya, cinta adalah sesuatu yang indah dan tidak memabukkan. Hanya cinta yang tidak berjalan seiring hati dan akal sajalah yang akan menjadi cinta yang dapat memabukkan. Seperti sabda Rasulullah, "Kecintaan terhadap sesuatu dapat memabukkan dan menulikan." (HR. Abu Daud, Risalah al-Qusyairiah).
Jika cinta sudah mengakar kuat dalam pohon hati kita, maka cinta dapat menimbulkan kepatuhan, baik berupa kepatuhan hamba kepada Sang Pencinta Sejatinya, istri kepada seorang suami (bukan berarti istri-istri takut suami loh...), atau murid kepada gurunya.
Kepatuhan kepada sang kekasih memang sikap yang baik asalkan tidak sampai menjadikan kita budak cinta. Kita boleh membahagiakan kekasih, memberikan sesuatu yang dimintanya, atau melakukan segala yang diinginkannya. Tetapi, semua itu tetap pada koridor yang wajar, tidak berlebihan, melewati batas, sehingga tidak menjadikan kita sebagai budak baginya. "Barangsiapa mencintai sesuatu (berlebihan), maka dia adalah budaknya." (Nashaih al-Ibad).
Wahai Sobat Cinta, sesungguhnya kepatuhan yang berlebihan merupakan sebuah kewajiban yang hanya boleh dan wajib tertuju kepada Allah dan Rasul-Nya saja. Ketahuilah, bahwa kemenangan atas cinta dan segalanya hanyalah karena ketaatan kepada Allah semata. Allah telah berfirman, "Dan barangsiapa mentaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapatkan kemenangan yang besar." (QS. al-Ahzab {33} : 71).
Kita berusaha membuat kekasih kita senang dengan mematuhi dan memenuhi keinginan kekasih. Karena cinta adalah kondisi di mana kebahagiaan orang yang dicintai sangat penting bagi diri orang yang mencintai (Robert Heinlein). Tetapi, sekali lagi, kita tidak boleh berlebihan sehingga menjadi budak cinta.
Sikap kepatuhan akan dapat mendorong kemauan untuk rela berkorban, apalagi kepada kekasih kita, merupakan sikap yang baik, tetapi pengorbanan itu harus berdasarkan keikhlasan, bukan demi tujuan tertentu. Pengorbanan adalah amal shalih yang akan mendapatkan balasan jauh lebih besar, maka berkorbanlah untuk orang lain karena Allah semata. Hanya Allah yang akan membalas keshalihan kita. Allah pun berfirman, "Barangsiapa yang mengerjakan amal shalih, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan." (QS. an-Nahl {16} : 97).
Risalah cinta jika agendanya dijaga, maka akan membuahkan ketulusan untuk membangun rumah cinta. Namun, jika risalah cinta tak dijaga, maka virus trojan cinta akan mendiami diri. Virus itu berupa pengganggu romantika cinta, seperti cemburu, rasa memiliki yang berlebihan, adanya saingan (orang ketiga), ataupun poligami yang tak terkondisi. Virus seperti ini biasanya terjadi karena kurang memahami situa yang sedang terjadi pada diri masing-masing pasangan tersebut atau karena sikap kurang terbuka di antara keduanya.
Jika kita benar-benar saling mencintai, maka cintailah pujaan hati sekedarnya saja dan jangan berlebihan. Terkadang, sesuatu yang kita sukai, mungkin justru kita benci di kemudian hari, begitupun sebaliknya. Pemahaman dan keyakinan yang harus ada dalam bercinta adalah segala sesuatu itu milik Allah, semua hanyalah titipan dari-Nya. Hanya Allah yang paling tahu apa dan siapa yang terbaik untuk umat-Nya. So, jangan pernah merasa kita benar-benar memiliki kekasih kita, tapi Allah-lah pemiliknya, guys. Jika suatu saat melihat kekasih kita sedang bersama orang lain, maka hati kita tetap tenang. Kita cukup berkata, "Dia kan bukan milikku... bukan milikmu..., dia hanya titipan Tuhan kepadaku."
Sobat Cinta, hentikan tindak kriminal atas nama cinta, apalagi sampai mencelakakan orang lain. Mari kita belajar menyikapi hidup dengan sabar dan ikhlas dalam bercinta. Dengerkan kata hatimu, biarkan ia merisalahkan cinta untukmu.
Bacai Lanjutanna Sere'battang...
Langganan:
Postingan (Atom)