Selasa, 26 Oktober 2010

Pengantar sebuah Sekolah

Sekolah itu memang tempat yang luar biasa. Disana kita mendapat pengalaman yang menakjubkan sekaligus mengharukan. Di sekolah kita kemudian bertemu dengan guru atau kepala sekolah yang bajunya bersetrika licin. Di situ kita bisa bertegur sapa dengan beberapa teman yang sepatunya berwarna-warni. Selain menawarkan hukuman, sekolah juga memberikan perlindungan buat mereka yang bengal. Sebuah film yang memikat Children of Heaven memberikan kita kisah bagaimana kesetiakawanan diapit di tengah kerasnya aturan sekolah. Walaupun memberikan aturan yang agak konyol sekolah selalu bisa diterobos oleh siswa-siswinya. Pagar yang tinggi tak membuat siswa kuatir untuk memanjat atau melompatinya. Sekolah memang tak akan mampu memasung kebebasan dan kreativitas.

Sebaliknya sekolah ada baiknya untuk memekarkan imaginasi dan inisiatif. Walau agak berat guru memang bukan sekedar sosok yang bisa segalanya. Guru, seperti manusia pada umumnya, rentan keliru dan salah. Berhadapan dengan siswa yang hiruk-pikuk guru bukan bersandar pada kesabaran tapi juga sikap yang arif. Kearifan itu tercermin dari kerelaannya untuk menjadi punggung bagi kemajuan siswa. Kearifan itu diperlihatkan dari bagaimana mereka membebaskan siswa dari belenggu kenaifan dan sikap yang seenaknya. Guru hanya tangga bagi kemajuan peserta didik.

Nilai-nilai idiil ini hanya bisa diwujudkan jika guru diberi limpahan gaji dan perlindungan yang layak. Sayangnya kita selalu tidak mendapati keadaan yang sempurna. Guru nasibnya terlunta, apalagi yang tinggal di pedalaman. Dipotong sana-sini gaji yang sudah terbatas. Tak jarang ada guru yang bayarannya hanya bisa untuk membeli pasta gigi. Malahan di banyak tempat SK Pengangkatan mereka dijadikan jaminan untuk pinjaman kredit Bank. Di tengah nasib muram seperti ini, guru kemudian bisa berperan apa saja. Ada guru yang lalim dengan kebiasaan suka menghukum atau guru yang sabar tapi mengajar dengan keliru. Ringkasnya agak sukar menemukan guru yang bissa mendampingi murid yang riang maupun naif.
Rata Penuh
Terlebih-lebih sekolah dikurung oleh beragam masalah. Bukan sekolah, tepatnya pendidikan memang sedang dikepungg oleh ratusan problem. Tentang anggaran yang minim kita semua tahu. Tentang perundang-undangan yang tidak memberi kejelasan mengenai posisi guuru itu juga masalah. Dan kemudian soal otonomi yang ujung-ujungnya membuat sekolah menjadi tempat yang mahal. Dengan demikian sekolah berperan penting dalam mobilitas kelas. Seorang yang bersekolah punya peluang untuk menaiki tangga kelas sosial yang lebih baik.

Karenanya agak mendesak untuk menentang kredo yang selalu saja mengatakan: Jika ingin bermutu maka pendidikan harus mahal. Mahalnya sekolah dalam hal biaya memunculkan sekolah unggulan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar